You Say Why, I Say Why Not




"Itu hil yang mustahal!, tahu!", kata seorang kawan saat diminta mengerjakan sesuatu yang tidak sebagaimana biasanya. Maksudnya: hal yang mustahil!
"Lho, katanya semua itu mungkin kalau Tuhan menghendaki?", timpal yang meminta.
"Mungkin sih mungkin, tapi gak realistis tahu! Ada-ada saja, lu ah!" jawab rekan tadi sambil menggerutu.

Yoi, sering kita mengatakan tidak mungkin meskipun kita mengaku percaya kepada Tuhan. Katanya di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika beliau menghendakinya. Lalu kenapa ada kata 'tidak mungkin' itu?

Banyak orang berpendapat, sadar atau di bawah sadar, yang mungkin itu (padahal menurutnya mustahil) kan kalau Tuhan sendiri yang melakukannya. Bukan dia atau kita, manusia. Kalau kita yang mengerjakan ya tetap mustahil, menurut mereka.

Pertanyaannya adalah apakah pernah ada orang melihat Tuhan mengerjakan sendiri sesuatu karya besar manusia yang pada jamannya dikatakan mustahil? Bukankah dulu tidak ada pesawat terbang sehingga Wright Bersaudara dikatakan mengerjakan hal yang mustahil? Bukankah dulu tidak ada radio atau TV sehingga Marconi dan para peneliti itu disebut orang gila yang membuat sesuatu yang tidak mungkin? Bukankah dulu orang bilang mustahil manusia bisa mendarat di bulan? Bukankah dulu mustahil anda bisa membaca ini langsung di kamar anda sambil pakai celana kolor? Dan sebagainya dan sebagainya.

Dan bukankah Tuhan banyak menciptakan mukjizat melalui tangan para nabi dan utusan Beliau? Jadi jelas kiranya, seluruh hal yang mustahil sebagai hasil karya manusia harus dilakukan oleh manusia juga, jika Tuhan berkenan.

Hal yang kedua kenapa begitu mudah kita mengatakan mustahil, adalah karena kita berpegang pada pengalaman, pada ilmu yang selama ini kita biasa gunakan. Kita tahu persis bahwa cara dan keterampilan tertentu akan memberi hasil tertentu, sehingga kita tahu persis jika ada yang meminta hasil yang berbeda kita katakan "Tidak Mungkin alias Mustahil!".

Apa yang membelenggu kita, adalah kebiasaan dan pengalaman yang sudah kita akrabi. Kita lupa bahwa jika ingin hasil yang berbeda tentu harus dengan menggunakan cara yang berbeda juga. Jika sekarang kita belum tahu cara tersebut, itu bukan berarti tidak mungkin.

Menurut saya, jika kita mengatakan tidak mungkin atau mustahil maka kita telah menyangkal Tuhan, karena bagi Tuhan semuanya bisa terjadi jika beliau berkenan. Dan penyangkalan terhadap beliau tentu termasuk dosa bukan, kala tak mau disebut dosa besar! Oleh karena itu sobat, jika anda terpaksa berkata tidak mungkin, tolong tambahkan kalimat ini: "jika dengan cara yang biasanya". Jadi anda tidak menyangkal kebesaran Tuhan.

Mau?

Quizz: " Apa istilah untuk kata-kata seperti 'tidak mungkin, mustahil, tak ada yang pernah berhasil selama ini, orang semacam kamu pasti tidak bisa', dan sejenisnya?"

No comments:

Post a Comment